Senin, 14 November 2011

peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA
KELAS X-8 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN 2011-2012








Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna
 Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :
Defita Rahmawati
A 310 070 216




JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Menulis  adalah salah  satu  kegiatan  yang  harus  dihadapi  siswa  dalam  proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Oleh karena itu,  sekolah tempat mengenyam pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik melalui metode yang tepat sehingga potensi dan daya kreatifitas siswa dapat tersalurkan.
Pembelajaran menulis sudah sejak lama dilaksanakan dengan berbagai metode, tetapi sampai sekarang belum ada hasil yang optimal. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Sutama dkk (dalam Nurhayati 2000: 13) bahwa siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, mulai sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum. Siswa masih bingung dan mengalami kesulitan ketika harus menulis. Fenomena tersebut memunculkan  upaya  sebagai  bentuk  solusi  mengatasi permasalahan tersebut.
Pembelajaran sastra sebagai salah satu pelajaran di sekolah menengah
atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sebagai salah satu
mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra menjadi mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Seperti yang dikatakan Superhar (2006) bahwa pelajaran sastra, dalam pandangan orang dewasa termasuk pihak sekolah ternyata bukanlah pelajaran yang menarik untuk diberikan deengan sungguh-sungguh dan serius kepada anak-anak di sekolah. Doktrin yang diberikan kepada siswa adalah pelajaran eksak, ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat penting penguasaannya bagi masa depan anak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar pada bulan April 2011, keterampilan menulis cerpen telah diajarkan tetapi belum mencapai ketuntasan karena dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa  kurang  aktif dan sering kali metode ceramah menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  kesesuaian  isi  cerpen  dengan  tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa. Tarigan(2008: 186) menegaskan bahwa pembelajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah.  Karena hanya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang variasi, kurang merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan guru. Murid sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi kelanjutan studi mereka.
Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Jamaludin (2004: 97-98) bahwa keprofeesionalan seorang guru dituntut demi lancarnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini paling tidak ada lima hal khusus yang harus dipenuhi oleh guru. Pertama, seorang guru yang professional haruslah orang yang benar-benar memiliki pengertian yang mendalam mengenai tujuan pembelajaran. Kedua, seorang guru yang professional adalah orang yang memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Ketiga, seorang guru yang profesional adalah orang yang memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pendidikan. Keempat, seorang guru yang profesional adalah sosok guru yang memiliki pemahaman dan  kemampuan selektif dalam menentukan maupun menerapkan suatu metode atau pendekatan pembelajaran. Kelima,  seorang guru yang profesional adalah komitmen yang tinggi terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan
Dengan menghadapkan siswa pada objek gambar akan menstimulus siswa untuk  menulis  cerpen  dengan  tingkat  kesulitan  menjadi  berkurang.  Menurut Sadiman (2002: 29-31), gambar memiliki beberapa kelebihan antara lain (1) sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi pengamatan kita, (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang aoa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman, (5) harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Melalui media gambar berseri dapat diaplikasikan agar aktifitas menulis menjadi kegiatan yang menarik sehingga menulis cerpen mendapat perhatian dari siswa yang  selama  ini  tidak  memperhatikannya. Dengan pemilihan  media gambar berseri, peneliti berharap dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kela X SMA Negeri 2 Karanganyar.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
a.       Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dengan gambar berseri?
b.      Bagaimanakah pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam menulis cerpen melalui media gambar berseri.
C.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media gambar berseri;
b.      meningkatkan pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam menulis cerpen melalui media gambar berseri.
D.    Manfaat Penelitian
Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Manfaat Teoritis
a.       Menemukan teori atau pengetahuan baru mengenai penulisan cerpen melalui media gambar berseri
b.      Sebagai dasar untuk mengolah suatu ide-ide inovatif dalam pembelajaran
2.    Manfaat Secara Praktis
a.       Manfaat bagi siswa
1)    Memberikan suatu kermudahan dalam mempelajari pembelajaran sastra
2)    Siswa dapat mengembangkan pikirannya melalui sebuah karya sastra dengan menulis
3)    Siswa dapat menjadi lebih kritis terhadap suatu kejadian dengan memberikan suatu gambar berseri.
b.      Manfaat bagi guru
1)    Menambah inovasi baru dalam pembelajaran khusunya sastra
2)    Dapat menemukan inovasi baru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
3)    Dapat menjadi masukan tentang cara yang tepat agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
c.       Manfaat bagi sekolah
1)    Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen baik proses maupun hasil.
2)    Meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.     Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya akan dipaparkan beberapa penelitian sejenis yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran keterampilan menulis cerpen.
Penelitian yang dilakukan Rahmawati UMS (2010) dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas X SMA Al – Islam 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan minat dan motivasi dalam mengajukan pertanyaan pada siklus pertama 27%, siklus kedua 34%. Minat dan motivasi dalam menjawab pertanyaan pada siklus pertma 20%, siklus kedua 32%, sedangkan minat dan motivasi dalam memberikan tanggapan dalam siklus pertama belum ada, siklus kedua 20%. Minat dan motivasi siswa dalam menyiapkan penulisan cerpen pada siklus pertama 37%, silus kedua 68%. Kemampuan menulis cerpen pada siklus pertama 45%, siklus kedua 68%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa antara siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen.
Dari penelitian ini hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri di tingkat SMA. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang pertama terletak pada lokasi atau tempat penelitian yaitu peneliti sebelumnya di SMA Al-Islam 3 Surakarta,  sedangkan penelitian ini di SMA Negeri 2 Karanganyar. Perbedaan yang kedua adalah peneliti sebelumnya meneliti tingkat minat dan motivasi dari siklus I dan siklus II terhadap peserta didik, sedangkan peneliti ini meneliti tingkat pemahaman siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar berseri.
 Penelitian yang dilakukan oleh Endang Rahmawati UMS (2009) dengan judul skripsi ”Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas III SDIT Nur Hidayah Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas III SDIT Nur Hidayah cukup, karena sebagian besar siswa dapat mengurutkan gambar berseri yang diacak secara cepat dan dapat menuangkannya menjadi sebuah karangan yang baik. Pola urutan gambar berseri adalah 4-1-3 dan 4-1-2-3.
Dari penelitian sebelumnya, hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang pertama terletak pada lokasi atau tempat dan sasaran penelitian. Penelitian peneliti sebelumnya dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar yaitu di SDIT Nur Hidayah Surakarta, sedangkan penelitian ini pada tingkat menengah yaitu di SMA Negeri 2 Karanganyar. Perbedaan yang kedua adalah peneliti sebelumya meneliti kemampuan mengurutkan gambar dengan menulis narasi sedangkan penelitian ini meneliti tingkat kemampuan dalam menulis cerpen. Perbedaan yang ketiga terletak strategi atau metode pembelajaran, peneliti sebelumnya menggunakan metode gambar berseri dengan acak, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan sistem acak.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuka Mandiri UMS (2010) dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Pemanfaatan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Sawit tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada evaluasi berdasarkan tindakan kelas, yaitu pembelajaran yang biasa saja menjadi pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik menjadi aktif dna terjadi interaksi antar peserta didik. Pembelajaran dengan metode gambar berseri mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menuntaskan belajar siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas siswa pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 69.03, pada siklus pertama meningkat menjadi 70,69 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 73,51.
Dari penelitian sebelumnya hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media gambar berseri. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang pertama peneliti sebelumnya menggunakan keterampilan menulis narasi sedangkan penelitian ini meningkatkan menulis cerpen. Perbedaan yang kedua terletak pada lokasi atau tempat dan sasaran penelitian. Penelitian peneliti sebelumnya dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMP Negeri 2 Sawit. Perbedaan yang ketiga peneliti sebelumnya mengungkapkan bagaimana peningkatan siswa dalam memahami gambar berseri dari sebelum dan setelah memakai gambar berseri dengan menggunakan siklus, yaitu tahap awal, kemudian siklus pertama dan siklus ke dua. Penelitian ini mengungkapkan tingkat pemahaman dalam menulis cerpen setelah menggunakan siklus.
Dari ketiga tinjauan pustaka di atas dapat diketahui bahwa peneltian ini benar-benar belum dilakukan dan dapat diuji kebenarannya walaupun sama-sama meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri, model pembelajaran yang akan dilakukan peneliti ini berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Perbedaan yang menonjol yakni dalam proses pembelajaran akan mendiskripsikan tingkat pemahaman memahami menulis cerpen dengan media gambar berseri. Biasanya peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan tingkat pemahaman dari gambar sulit ke mudah, ada juga yang menggunakan sistem acak, tetapi peneliti ini ingin menggunakan model pembelajaran dimana gambar yang akan disajikan dimulai dari mudah ke sulit. Hal ini akan menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar berseri.




B.     Kajian Teori
1.      Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Keterampilan menulis tidak mudah dimiliki dan memerlukan waktu  yang  lama  untuk  memperolehnya.  Dengan  menulis  seseorang  dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya melalui bahasa tulis
Widyamartaya (2002: 5) menyatakan bahwa mengarang atau menulis adalah kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang mengungkakan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimasudkan pengarang.
Wiyanto           (2004:1-2)  mengemukakan  bahwa  menulis  mempunyai  dua kegiatan  utama.  Kegiatan  yang  pertama  adalah  mengubah  bunyi  yang  dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat, sedangkan yang kedua kegiatan mengungkapkan  gagasan  secara  tertulis.  Orang  yang  melakukan  kegiatan  ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan mengubah bunyi  menjadi  tulisan  sebagai  upaya  untuk  mengungkapkan  gagasan  untuk mengungkapkan  gagasan  menjadi  bahasa  tulis  memerlukan  sejumlah  potensi pendukung yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan, kemauan keras, bahkan belajar dengan sungguh-sungguh.
Tarigan (2008: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa grafik itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang menggambarkan suatu pikiran ataupun ide-ide melalui lambang-lambang ataupun grafik.
D’angelo yang dikutip oleh Tarigan (2002: 23) mengungkapkan menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi manusia tertentu dan bagi waktu tertentu. Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah   hasil penuangan ide dalam  bentuk tulisan yang tidak sembarangan orang bisa melakukannya, karena didalamnya terdapat unsur-unsur imajinatif dan inspiratif.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah kecakapan seseorang dalam kegiatan menuangkan ide, aggasan, pikiran, dan pengalaman serta perasaan dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami orang lain.
Adapun ciri-ciri tulisan yang baik menurut Mc.Mahan & Day dalam Tarigan (2002: 7) adalah
1)      jujur: jangan coba memalsukan gagasan/ide
2)      jelas: jangan membingungkan para pembaca
3)      singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca
4)      usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.
Fungsi menulis menurut Tarigan (2008: 22) adalah
1)      menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
2)      dapat menolong penulis untuk berpikir secara kritis
3)      dapat memudahkan penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman.
4)      menulis dapat membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.
Tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25) adalah
1)      Assigment purpose (tujuan penugasan)
2)      Alturistik purpose (tujuan altruistik)
3)      Persuasive purpose (tujuan persuasif)
4)      Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
5)      Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
6)      Creative purpose (tujuan pernyataan diri)
7)      Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Pendeskripsian tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25) adalah sebagai berikut.
1)         Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku)
2)      Altruistik purpose (tujuan altruistik)
Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca, memahami, menghargai perasaan dan penalaranya.
3)      Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4)      Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.
5)      Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
6)      Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik kesenian.
7)      Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikira-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas  dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memaparkan atau menjelaskan suatu karya imajinasi ataupun ide-ide, informasi, serta jati diri  seorang penulis, dan dapat dipahami oleh para pembaca pada umumnya dengan bahasa yang lugas.

2.      Cerpen
Pengertian Cerpen
Dalam sastra dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama. Bentuk prosa terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satu prosa adalah cerpen. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita pendek, tetapi panjang pendek ukuran fisiknya tidak jadi ukuran mutlak. Tidak ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata, walaupun cerpen mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek.
Tarigan (2008: 170-171) yang mengatakan bahwa panjang cerita pendek kurang lebih sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman folio, dibaca dalam 10-30 menit, mempunyai impresi tunggal, seleksi sangat ketat dan kelanjutan cerita sangat cepat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa cerpen dapat dibaca dalam sekali duduk.
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali ole Edgar Allan Poe (dalam Stanton 2007: 79) cerpen dapat dibaca hanya dengan sekali duduk sehingga efek kebersatuanya akan lebih terasa pada pembaca.
Nugiyantoro (2007: 11) menyatakan dengan bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detail-detail khusus yang ”kurang penting” yang lebih bersifat memperpanjang ceriya. Menurut Nurgiyantoro (2007: 10) mengungkapkan cerpen memiliki unsur-unsur pembangun seperti tema,tokoh, latar, alur/plot,sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa cerpen adalah cerita yang ringkas yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembentuk cerpen.
Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan karya sastra lainnya seperti roman dan novel. Ciri-ciri tersebut diungkapkan oleh Notosusanto (dalam Tarigan 2002:176),  yang  menyebutkan  bahwa  cerpen  adalah  cerita  yang panjangnya sekitar 5000 kata/kira-kira 17 halaman spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui  bahwa  menulis  cerpen  merupakan  proses  kreatif  yang  melahirkan pikiran,  perasaan,  secara  ekspresif  dan  apresiatif.  Peristiwa,  pelaku,  waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.

3.      Media
a.       Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa media sangat penting dalam proses pembelajaran dengan media peserta didik akan lebih mudah memahami pelajaran.
Gagne dan Briggs (dalam Arsyad 2003: 4) mengatakan bahwa media pembeljaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyimpan isi materi pelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat, metode, dan tekni yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat menyajikan perna dna perangsang siswa dalam proses pembelajaran.
b.      Ciri-ciri media pendidikan
Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 11-14) mengemukakan tiga ciri media yaitu ciri fiksatif, ciri manipulatif dan ciri distributif yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1)      Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dan dapat digunakan setiap saat.
2)      Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3)      Ciri Distributif (Distributive Purpose)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dapat disimpulkan bahwa ciri media itu antara lain adalah mampu merekam kejadian, memakan waktu yang lama, serta dapat di transformasikan melalui ruang dan dapat disajikan.
c.       Fungsi Media Pendidikan
Selain ada ciri-ciri media, dalam dunia pendidikan media memiliki fungsi yang dapat menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan. Fungsi media khusunya media gambar dalam dunia pendidikan adalah untuk mempermudah siswa dalam mengungkapkan ide-ide ataupun  pikiran-pikiran serta daya imajinasi yang muncul akibat adanya kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.
 Hal ini dipertegas oleh Levie & Lentz (dalam Arsyad 2003: 16-17) yang mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, seperti berikut.
1)    Fungsi Atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2)    Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3)    Fungsi Kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual ataugambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4)    Fungsi Kompensatoris
Media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Sadiman (2002: 16) menyebutkan ada empat fungsi media antara lain sebagai berikut:
1)      memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka),
2)      mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
3)      penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik,
4)      mempermudah guru dalam memberikan rangsangan dan menyamakan persepsi serta pengalaman kepada siswa.
d.      Jenis Media Pendidikan
Sadiman (2002: 28-80) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi beberapa kelompok seperti berikut.
1)      Media Grafis
Media grafis termasuk media visual sebagaimana halnya media lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Media grafis meliputi gambar/foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik kartun, poster, peta/globe, papan flanel, danpapan buletin.
2)      Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk lambang-lambang auditif, baik verbal maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media audio antara lain, radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
3)      Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam hampir sama dengan media grafik, tetapi dalam media proyeks diam, pesan yang hendak disampaikan harus diproyeksikan dengan menggunakan proyektor agar dapat diterima oleh penerima pesan. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media transparasi/overhead proyektor (OHP), proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, video, serta permainan dan simulasi.
4.      Gambar sebagai Media Pendidikan
Sadiman (2002) mengungkapkan bahwa gambar adalah alat yang penting bagi pengajaran dan pendiikan.gambar sebagai media pendiikan akan berhasil dengan efektif, apabila disesuaikan dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan dalam situasi belajar.
Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana serta gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akanlebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya munkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan sebuah gambar.














BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Setting Penelitian
Penelitan ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar khusunya kelas X-8. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang keterampilan menulis cerpen melalui gambar berseri.
Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pihak sekolah. Sutama dan Main (2010: 83) mengungkapkan jadwal kegiatan PTK yang rasional tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sesuaikan dengan besar kecilnya masalah PTK.

B.     Subjek Penelitian
Sutama dan Main (2010: 51) menjelaskan subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian. Pernyataan tersebut
Subjek penelitan ini adalah siswa SMA Negeri 2 Karanganyar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-8.

C.     Data dan Sumber data
Data penelitian berupa proses keterampilam menulis dengan media gambar berseri. Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
1)    Peristiwa
Data atau informan dapat di kumpulkan dari peristiwa. Aktivitas atau peristiwa sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya (Sutopo, 2002: 51).
Peneliti akan mengamati proses pembelajaran siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri.
2)    Dokumen
Sumber data yang berupa benda, gambar, dan rekaman bisa juga dalam posisi sebagai dokumen dan suatu peristiwa atau kegiatan tertentu (Sutopo, 2002: 53).
Sumber data dalampenelitian ini adalah berupa asil tulisan siswa saat pembelajaran menulis cerpen dengan media gambar berseri.
3)    Informan
Sutopo (2002: 50) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia atau narasumber sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi.
Di dalam penelitian ini informasi yang dipilih adalah guru dan siswa yang telibat langsung dalam pembelajaran. Data dalam penelitian ini adalah hasil tulisan siswa yang berupa cerita pendek dengan media gambar berseri.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1)    Observasi
Sutopo (2002: 64) menyatakan bahwa teknik observasi dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristtiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman. Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung atau melihat lebih dekat tentang
a)      kemampuan siswa menulis cerpen melalui gambar berseri
b)      tingkat pemahaman siswa mengenai gambar yang disajikan


2)    Wawancara
Sutama dan Main (2010: 25) mengemukakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti.
Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X untuk mendapatkan informasi mengenai lingkungan kelas baik itu dari segi peserta didik ataupun sarana dan prasarana di kelas.
3)    Dokumentasi
Sutama dan Main (2010: 26) mengemukakan bahwa dokumentasi berupa dokumen-dokumen baik berupa primer maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran di kelas.
Dokumen primer pada penelitian ini adalah hasil cerpen atau portopolio, sedangkan dokumen sekunder meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan daftar nilai.

E.     Validasi Data
Sutama dan Main (2010: 52) mengemukakan bahwa informasi yang dijadikan data penelitian diperiksa validitasnya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini, validitas data yang digunakan adalah triangulasi metode dan sumber. Triangulasi dalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pegecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 1991: 178).
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 1991: 178).
Triangulai dengan metode,  menurut Patton dalam Moleong (1991: 178), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dna (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda. Data yang bersumber dari peristiwa proses peningkatan menulis cerpen diuji keabsahannya dengan dokumen-dokumen pendukung serta berbagai pernyataan informan.

F.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah teknik komparatif dan analisis kritis. Teknik komparatif yaitu membandingkan antarsiklus (Sutama 2010: 52), peneliti membandingkan antara siklus I dan siklus II seberapa jauh pemahaman siswa terhadap gambar dan bagaimana peserta didik mengungkapkannya dalam sebuah cerpen.
Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan bahwa teknik analisis kritis yaitu mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. (Sutama dan Main 2010: 52).

G.    Prosedur Penelitian
Sutama dan Main (2010: 53) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas pada umunya dilakukan dalam beberapa siklus. Peneliti menggunakan 2 siklus seperti pada bagan di bawah ini.





Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Siklus II
 



















Gambar 1.1 Siklus Penelitian





Keterangan:


Siklus I
Pada tahap perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari observasi lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru mata pelajaran. Apa yang seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian kemampuan menulis cerpen melalui gambar berseri hanya dengan satu tema.
Selanjutnya setelah tahap perencanaan yaitu pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di kelas X-8 dengan memberikan pemahaman tentang cerpen, bagaimana ciri-ciri, unsur-unsur ataupun sistematika cerpen. Kemudian langkah selanjutnya mengimplementasikan penjelasan-penjelasan tersebut dalam sebuah gambar berseri. Siswa dituntut membuat cerita pendek tersebut dengan judul yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman masing-masing peserta didik.
Tahap selanjutnya yaitu pengamatan, selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti membuat catatan-catatan apa yang terjadi selama proses itu berlangsung. Tahap yang terakhir dari siklus I yaitu refleksi. Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, peneliti dan guru mendiskusikan hasil dari kegiatan penelitian, kesimpulan yang dapat diambil nantinya dan hal-hal apa saja yang dirasa cukup dan dirasa kurang. Setelah data memadai kemudian melakukan siklus selanjutnya.




Siklus II
Pada siklus pertama tahap perencanaan dikemukakan menulis  cerpen melalui gambar berseri hanya dengan satu tema sedangkan pada siklus II tahap perencanaan, peneliti merencanakan menulis cerpen melalui gambar berseri dengan 3 tema yang berbeda. Peserta didik bebas memilih sesuai dengan pengetahuan mereka.
Tahap pelaksanaan ini peserta didik memilih gambar berseri dan membuat cerita pendek sesuai dengan daya kreativitas, imajinasi serta pengetahuan mereka.
Tahap pengamatan sama seperti yang dilakukan pada siklus II guru ataupun peneliti membuat catatan-catatn apa yang terjadi selama proses berlangsung. Tahap terakhir dari penelitian ini adalah mendiskusikan hasil penelitian, kemudian membandingkan tingkat pemahaman tingkat kesukaran gambar antara siklus I ke siklus II.

H.    Sistematika Laporan
Sistematika laporan ini disajikan dengan maksud memberikan gambaran secara garis besar mengenai masalah-masalah yang akan diuraikan dan dibahas secara menyeluruh. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bab I. Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian.
Bab II. Berisi tentang tinjauan pustaka dan kajian teori. Kajian teori memaparkan mengenai menulis berdasarkan fungsi dan tujuan, pengertian cerpen, pengertian media berdasarkan fungsi dan tujuan serta cirinya, pengertian gambar sebagai media pendidikan.
Bab III. Berisi tentang metode penelitian. Dijelaskan dalam bab ini setting penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validari data, teknik analisis data, prosedur penelitan dan sistematika penulisan.
Bab IV. Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya terdapat profil sekolah, deskrispsi data yang meliputi proses dan hasil siklus I dan II serta refleksi.
Bab V. Berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut.















DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra(Sastra Berbasis Kompetensi). Yogyakarta: Kota Kembang
Jamaludin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa
Moleong, Lexy. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nurgiyantoro, Burhan. 2007.  Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nurhayati. 2000. Pembelajaran Menulis. Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Universitas
           
Negeri Yogyakarta.
Rahmawati, Endang. 2009. “Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas III SDIT Nur Hidayah Surakarta”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmawati. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas X SMA Al- Islam 3 Surakarta:. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sadiman, Arief, dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Superhar. 2006. “Pembelajaran Sastra Butuh Mbak Erot”:http://www.SuprHar.Sastra.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2011.
Sutama, Main Sufanti. 2010. PTK dan Karya Ilmiah. Badan Penerbit FKIP-UMS: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Wiyanto,  Asul. 2005.  Kesastraan  Sekolah  Penunjang  Pembelajaran  Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo
Widyamartaya, A. 2002. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius