Bromo 18 Desember 2011
Kamis, 22 Desember 2011
Rabu, 16 November 2011
Senin, 14 November 2011
peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA
KELAS X-8
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN
2011-2012
Untuk
Memenuhi Tugas Persyaratan Guna
Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia ,
dan Daerah
Disusun oleh :
Defita Rahmawati
A 310 070 216
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Menulis adalah salah satu
kegiatan yang harus
dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran, terutama untuk
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia . Melalui kegiatan
menulis diharapkan siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Oleh karena itu, sekolah tempat mengenyam pendidikan
diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik melalui metode yang tepat sehingga potensi dan daya kreatifitas siswa dapat tersalurkan.
Pembelajaran menulis sudah sejak lama
dilaksanakan dengan berbagai metode, tetapi sampai sekarang belum ada hasil
yang optimal. Hal tersebut seperti
yang dikatakan oleh Sutama dkk (dalam Nurhayati 2000: 13) bahwa siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia secara baik dan
benar, baik lisan maupun tulisan, mulai sekolah
dasar sampai dengan sekolah menengah umum. Siswa masih bingung dan mengalami
kesulitan ketika harus menulis. Fenomena
tersebut memunculkan upaya sebagai
bentuk solusi mengatasi permasalahan tersebut.
Pembelajaran sastra sebagai salah satu
pelajaran di sekolah menengah
atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sebagai salah satu
mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra menjadi mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Seperti yang dikatakan Superhar (2006) bahwa pelajaran sastra, dalam pandangan orang dewasa termasuk pihak sekolah ternyata bukanlah pelajaran yang menarik untuk diberikan deengan sungguh-sungguh dan serius kepada anak-anak di sekolah. Doktrin yang diberikan kepada siswa adalah pelajaran eksak, ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat penting penguasaannya bagi masa depan anak.
atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sebagai salah satu
mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra menjadi mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Seperti yang dikatakan Superhar (2006) bahwa pelajaran sastra, dalam pandangan orang dewasa termasuk pihak sekolah ternyata bukanlah pelajaran yang menarik untuk diberikan deengan sungguh-sungguh dan serius kepada anak-anak di sekolah. Doktrin yang diberikan kepada siswa adalah pelajaran eksak, ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat penting penguasaannya bagi masa depan anak.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X-8 SMA Negeri 2
Karanganyar pada bulan April 2011, keterampilan menulis cerpen telah diajarkan
tetapi belum mencapai ketuntasan karena dalam pembelajaran masih menggunakan
metode ceramah. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa
kurang aktif dan sering kali
metode ceramah menimbulkan kebosanan bagi siswa
dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang
dibuatnya kurang menarik karena bahasa
yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi.
Hal ini dapat
dilihat dari kesesuaian
isi cerpen dengan
tema, pengembangan topik, dan
diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa. Tarigan(2008: 186) menegaskan
bahwa pembelajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah. Karena hanya terletak pada cara guru
mengajar. Umumnya kurang variasi, kurang merangsang, dan kurang pula dalam
frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan guru. Murid sendiri
menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi
kelanjutan studi mereka.
Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat
menyampaikan materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan
menarik. Hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Jamaludin (2004: 97-98) bahwa keprofeesionalan seorang guru dituntut demi lancarnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini paling tidak ada lima hal khusus yang
harus dipenuhi oleh guru. Pertama,
seorang guru yang professional haruslah orang yang benar-benar memiliki pengertian yang mendalam mengenai
tujuan pembelajaran. Kedua, seorang guru
yang professional adalah orang yang memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Ketiga, seorang guru yang
profesional adalah orang yang memiliki pemahaman dan kemampuan dalam
bidang pendidikan. Keempat, seorang guru yang profesional adalah sosok guru
yang memiliki pemahaman dan kemampuan
selektif dalam menentukan maupun menerapkan suatu metode atau pendekatan
pembelajaran. Kelima, seorang guru yang
profesional adalah komitmen yang tinggi terhadap
pembinaan dan pengembangan pendidikan
Dengan menghadapkan siswa pada objek gambar
akan menstimulus siswa untuk menulis
cerpen dengan tingkat
kesulitan menjadi berkurang.
Menurut Sadiman (2002: 29-31), gambar memiliki
beberapa kelebihan antara lain (1) sifatnya konkret, lebih realistis
menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar
dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi pengamatan kita,
(4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang aoa saja dan untuk usia berapa
saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman, (5) harganya
murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Melalui media gambar berseri dapat diaplikasikan agar aktifitas
menulis menjadi kegiatan yang menarik
sehingga menulis cerpen mendapat perhatian dari siswa yang selama
ini tidak memperhatikannya.
Dengan pemilihan media gambar berseri, peneliti berharap dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerpen pada siswa kela X SMA Negeri 2 Karanganyar.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
a.
Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada
siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dengan gambar berseri?
b.
Bagaimanakah pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2
Karanganyar dalam menulis cerpen melalui media gambar berseri.
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a.
mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen
melalui media gambar berseri;
b.
meningkatkan pemahaman siswa kelas X-8 SMA Negeri 2
Karanganyar dalam menulis cerpen melalui media gambar berseri.
D.
Manfaat Penelitian
Suatu
penelitian ilmiah harus memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Manfaat Teoritis
a.
Menemukan
teori atau pengetahuan baru mengenai penulisan cerpen melalui media gambar
berseri
b.
Sebagai
dasar untuk mengolah suatu ide-ide inovatif dalam pembelajaran
2.
Manfaat
Secara Praktis
a.
Manfaat
bagi siswa
1)
Memberikan
suatu kermudahan dalam mempelajari pembelajaran sastra
2)
Siswa
dapat mengembangkan pikirannya melalui sebuah karya sastra dengan menulis
3)
Siswa
dapat menjadi lebih kritis terhadap suatu kejadian dengan memberikan suatu
gambar berseri.
b.
Manfaat
bagi guru
1)
Menambah inovasi
baru dalam pembelajaran khusunya sastra
2)
Dapat
menemukan inovasi baru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
3)
Dapat
menjadi masukan tentang cara yang tepat agar siswa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran.
c.
Manfaat
bagi sekolah
1)
Meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis cerpen baik proses maupun hasil.
2)
Meningkatkan
mutu pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan
tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil
penelitian sebelumnya ini hanya akan dipaparkan beberapa penelitian sejenis
yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran keterampilan menulis cerpen.
Penelitian yang dilakukan Rahmawati UMS (2010) dengan
judul ”Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Gambar
Berseri pada Siswa Kelas X SMA Al – Islam 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
Hasil penelitian menunjukkan minat dan motivasi dalam mengajukan pertanyaan
pada siklus pertama 27%, siklus kedua 34%. Minat dan motivasi dalam menjawab
pertanyaan pada siklus pertma 20%, siklus kedua 32%, sedangkan minat dan
motivasi dalam memberikan tanggapan dalam siklus pertama belum ada, siklus
kedua 20%. Minat dan motivasi siswa dalam menyiapkan penulisan cerpen pada
siklus pertama 37%, silus kedua 68%. Kemampuan menulis cerpen pada siklus
pertama 45%, siklus kedua 68%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa antara siklus
pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan dalam meningkatkan keterampilan
menulis cerpen.
Dari penelitian ini hal yang relevan dengan penelitian
ini adalah sama-sama peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan media
gambar berseri di tingkat SMA. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang
pertama terletak pada lokasi atau tempat penelitian yaitu peneliti sebelumnya
di SMA Al-Islam 3 Surakarta, sedangkan
penelitian ini di SMA Negeri 2 Karanganyar. Perbedaan yang kedua adalah
peneliti sebelumnya meneliti tingkat minat dan motivasi dari siklus I dan
siklus II terhadap peserta didik, sedangkan peneliti ini meneliti tingkat pemahaman
siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar berseri.
Penelitian yang
dilakukan oleh Endang Rahmawati UMS (2009) dengan judul skripsi ”Pembelajaran
Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas III
SDIT Nur Hidayah Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas III
SDIT Nur Hidayah cukup, karena sebagian besar siswa dapat mengurutkan gambar
berseri yang diacak secara cepat dan dapat menuangkannya menjadi sebuah
karangan yang baik. Pola urutan gambar berseri adalah 4-1-3 dan 4-1-2-3.
Dari penelitian sebelumnya, hal yang relevan dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan keterampilan menulis cerpen dengan
media gambar berseri. Adapun hal-hal yang membedakan antara lain yang pertama
terletak pada lokasi atau tempat dan sasaran penelitian. Penelitian peneliti
sebelumnya dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar yaitu di SDIT Nur Hidayah
Surakarta, sedangkan penelitian ini pada tingkat menengah yaitu di SMA Negeri 2
Karanganyar. Perbedaan yang kedua adalah peneliti sebelumya meneliti kemampuan
mengurutkan gambar dengan menulis narasi sedangkan penelitian ini meneliti
tingkat kemampuan dalam menulis cerpen. Perbedaan yang ketiga terletak strategi
atau metode pembelajaran, peneliti sebelumnya menggunakan metode gambar berseri
dengan acak, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan sistem acak.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuka Mandiri UMS (2010)
dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Pemanfaatan Media
Gambar Berseri pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Sawit tahun Ajaran 2009/2010.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada evaluasi berdasarkan
tindakan kelas, yaitu pembelajaran yang biasa saja menjadi pembelajaran yang
menarik sehingga peserta didik menjadi aktif dna terjadi interaksi antar
peserta didik. Pembelajaran dengan metode gambar berseri mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam menuntaskan belajar siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata kelas siswa pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata
sebesar 69.03, pada siklus pertama meningkat menjadi 70,69 dan pada siklus
kedua meningkat menjadi 73,51.
Dari penelitian sebelumnya hal yang relevan dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media gambar berseri. Adapun
hal-hal yang membedakan antara lain yang pertama peneliti sebelumnya
menggunakan keterampilan menulis narasi sedangkan penelitian ini meningkatkan
menulis cerpen. Perbedaan yang kedua terletak pada lokasi atau tempat dan
sasaran penelitian. Penelitian peneliti sebelumnya dilakukan pada tingkat
Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMP Negeri 2 Sawit. Perbedaan yang ketiga
peneliti sebelumnya mengungkapkan bagaimana peningkatan siswa dalam memahami
gambar berseri dari sebelum dan setelah memakai gambar berseri dengan
menggunakan siklus, yaitu tahap awal, kemudian siklus pertama dan siklus ke dua.
Penelitian ini mengungkapkan tingkat pemahaman dalam menulis cerpen setelah
menggunakan siklus.
Dari ketiga tinjauan pustaka di atas dapat diketahui bahwa
peneltian ini benar-benar belum dilakukan dan dapat diuji kebenarannya walaupun
sama-sama meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan media gambar berseri,
model pembelajaran yang akan dilakukan peneliti ini berbeda dengan
peneliti-peneliti sebelumnya. Perbedaan yang menonjol yakni dalam proses
pembelajaran akan mendiskripsikan tingkat pemahaman memahami menulis cerpen dengan
media gambar berseri. Biasanya peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan tingkat
pemahaman dari gambar sulit ke mudah, ada juga yang menggunakan sistem acak,
tetapi peneliti ini ingin menggunakan model pembelajaran dimana gambar yang
akan disajikan dimulai dari mudah ke sulit. Hal ini akan menunjukkan kemampuan
siswa dalam menulis cerpen dengan media gambar berseri.
B.
Kajian Teori
1.
Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang sangat dibutuhkan pada
masa sekarang. Keterampilan menulis tidak mudah dimiliki dan memerlukan waktu yang lama
untuk memperolehnya. Dengan
menulis seseorang dapat mengekspresikan
ide-ide atau gagasannya melalui bahasa tulis
Widyamartaya (2002: 5) menyatakan bahwa
mengarang atau menulis adalah kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai suatu
rangkaian kegiatan seseorang mengungkakan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimasudkan
pengarang.
Wiyanto (2004:1-2)
mengemukakan bahwa menulis
mempunyai dua kegiatan utama. Kegiatan yang
pertama adalah mengubah
bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat
dilihat, sedangkan yang kedua kegiatan mengungkapkan gagasan
secara tertulis. Orang
yang melakukan kegiatan
ini dinamakan penulis dan
hasil kegiatannya berupa tulisan.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
kegiatan mengubah bunyi menjadi
tulisan sebagai upaya
untuk mengungkapkan gagasan
untuk mengungkapkan gagasan
menjadi bahasa tulis
memerlukan sejumlah potensi pendukung
yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan, kemauan keras, bahkan
belajar dengan sungguh-sungguh.
Tarigan (2008: 21) menyatakan
bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
grafik itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
kegiatan yang menggambarkan suatu pikiran ataupun ide-ide melalui
lambang-lambang ataupun grafik.
D’angelo yang dikutip oleh
Tarigan (2002: 23) mengungkapkan menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi
justru berpikir bagi manusia tertentu dan bagi waktu tertentu. Dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah hasil
penuangan ide dalam bentuk tulisan yang
tidak sembarangan orang bisa melakukannya, karena didalamnya terdapat unsur-unsur
imajinatif dan inspiratif.
Berdasarkan uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah kecakapan seseorang dalam
kegiatan menuangkan ide, aggasan, pikiran, dan pengalaman serta perasaan dalam
bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami
orang lain.
Adapun ciri-ciri tulisan
yang baik menurut Mc.Mahan & Day dalam Tarigan (2002: 7) adalah
1)
jujur:
jangan coba memalsukan gagasan/ide
2)
jelas:
jangan membingungkan para pembaca
3)
singkat:
jangan memboroskan waktu para pembaca
4)
usahakan
keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh
kegembiraan.
Fungsi menulis menurut
Tarigan (2008: 22) adalah
1)
menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
2)
dapat menolong
penulis untuk berpikir secara kritis
3)
dapat memudahkan
penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya
tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan
bagi pengalaman.
4)
menulis dapat
membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.
Tujuan menulis menurut Hugo
Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25) adalah
1)
Assigment purpose (tujuan penugasan)
2)
Alturistik purpose (tujuan altruistik)
3)
Persuasive purpose (tujuan persuasif)
4)
Informational purpose (tujuan informasional, tujuan
penerangan)
5)
Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
6)
Creative purpose (tujuan pernyataan diri)
7)
Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Pendeskripsian tujuan menulis
menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008:
24-25) adalah sebagai berikut.
1)
Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan
sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan
sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku)
2)
Altruistik purpose (tujuan altruistik)
Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca, memahami, menghargai
perasaan dan penalaranya.
3)
Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan.
4)
Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan
atau penerangan kepada para pembaca.
5)
Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan
diri sang pengarang kepada para pembaca.
6)
Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik
kesenian.
7)
Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi
serta meneliti secara cermat pikira-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar
dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Berdasarkan teori-teori
yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memaparkan atau menjelaskan suatu
karya imajinasi ataupun ide-ide, informasi, serta jati diri seorang penulis, dan dapat dipahami oleh para
pembaca pada umumnya dengan bahasa yang lugas.
2.
Cerpen
Pengertian Cerpen
Dalam sastra dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu
puisi, prosa, dan drama. Bentuk prosa terdiri dari bermacam-macam jenis, salah
satu prosa adalah cerpen. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita pendek,
tetapi panjang pendek ukuran fisiknya tidak jadi ukuran mutlak. Tidak
ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata, walaupun cerpen
mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek.
Tarigan (2008: 170-171) yang mengatakan bahwa panjang
cerita pendek kurang lebih sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman folio, dibaca
dalam 10-30 menit, mempunyai impresi tunggal, seleksi sangat ketat dan kelanjutan
cerita sangat cepat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa cerpen dapat dibaca
dalam sekali duduk.
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali ole Edgar Allan
Poe (dalam Stanton 2007: 79) cerpen dapat dibaca hanya dengan sekali duduk
sehingga efek kebersatuanya akan lebih terasa pada pembaca.
Nugiyantoro (2007: 11) menyatakan dengan bentuknya yang
pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada
detail-detail khusus yang ”kurang penting” yang lebih bersifat memperpanjang
ceriya. Menurut Nurgiyantoro (2007: 10) mengungkapkan cerpen memiliki
unsur-unsur pembangun seperti tema,tokoh, latar, alur/plot,sudut pandang, gaya bahasa,
dan amanat. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa cerpen adalah cerita yang
ringkas yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembentuk cerpen.
Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan karya sastra lainnya seperti roman dan novel. Ciri-ciri tersebut diungkapkan oleh Notosusanto (dalam
Tarigan 2002:176), yang
menyebutkan bahwa cerpen
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata/kira-kira 17 halaman spasi rangkap yang terpusat
dan lengkap pada dirinya sendiri.
Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis
cerpen harus banyak berkhayal karena
cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa
pengarangnya. Demikian pula
para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka
oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.
Berdasarkan
uraian yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa menulis
cerpen merupakan proses
kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan,
secara ekspresif dan
apresiatif. Peristiwa, pelaku,
waktu, tempat, dan suasana
yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.
3.
Media
a.
Pengertian
Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar. Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa media sangat
penting dalam proses pembelajaran dengan media peserta didik akan lebih mudah
memahami pelajaran.
Gagne dan Briggs (dalam Arsyad 2003: 4) mengatakan bahwa
media pembeljaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyimpan isi
materi pelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat,
metode, dan tekni yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat
menyajikan perna dna perangsang siswa dalam proses pembelajaran.
b.
Ciri-ciri
media pendidikan
Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 11-14) mengemukakan
tiga ciri media yaitu ciri fiksatif, ciri manipulatif dan ciri distributif yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)
melakukannya.
1)
Ciri
Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan
ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang
telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dan dapat digunakan
setiap saat.
2)
Ciri
Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording.
3)
Ciri
Distributif (Distributive Purpose)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.
Dapat disimpulkan bahwa ciri media itu antara lain adalah
mampu merekam kejadian, memakan waktu yang lama, serta dapat di transformasikan
melalui ruang dan dapat disajikan.
c.
Fungsi
Media Pendidikan
Selain ada ciri-ciri media, dalam dunia pendidikan media
memiliki fungsi yang dapat menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan. Fungsi
media khusunya media gambar dalam dunia pendidikan adalah untuk mempermudah
siswa dalam mengungkapkan ide-ide ataupun
pikiran-pikiran serta daya imajinasi yang muncul akibat adanya
kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.
Hal ini dipertegas
oleh Levie & Lentz (dalam Arsyad 2003: 16-17) yang mengemukakan empat
fungsi media pengajaran, khususnya media visual, seperti berikut.
1)
Fungsi Atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
2)
Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras.
3)
Fungsi Kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual ataugambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4)
Fungsi Kompensatoris
Media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa
yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan
teks atau disajikan secara verbal.
Sadiman (2002: 16) menyebutkan ada empat fungsi media
antara lain sebagai berikut:
1)
memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka),
2)
mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera,
3)
penggunaan
media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak
didik,
4)
mempermudah
guru dalam memberikan rangsangan dan menyamakan persepsi serta pengalaman
kepada siswa.
d.
Jenis
Media Pendidikan
Sadiman (2002: 28-80) mengklasifikasikan media pembelajaran
menjadi beberapa kelompok seperti berikut.
1)
Media
Grafis
Media grafis termasuk media visual sebagaimana halnya
media lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Media
grafis meliputi gambar/foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik kartun, poster,
peta/globe, papan flanel, danpapan
buletin.
2)
Media
Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan
indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk
lambang-lambang auditif, baik verbal maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media
audio antara lain, radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan
laboratorium bahasa.
3)
Media
Proyeksi Diam
Media proyeksi diam hampir sama dengan media grafik, tetapi
dalam media proyeks diam, pesan yang hendak disampaikan harus diproyeksikan
dengan menggunakan proyektor agar dapat diterima oleh penerima pesan. Beberapa
jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film
strip), media transparasi/overhead
proyektor (OHP), proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang,
televisi, video, serta permainan dan simulasi.
4.
Gambar sebagai Media Pendidikan
Sadiman (2002) mengungkapkan
bahwa gambar adalah alat yang penting bagi pengajaran dan pendiikan.gambar
sebagai media pendiikan akan berhasil dengan efektif, apabila disesuaikan
dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan dalam
situasi belajar.
Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media
yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti
dan dinikmati di mana-mana serta gambar dapat mengatasi batasan ruang dan
waktu. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau
lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu gambar atau seri gambar dapat
dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar atau seri gambar pada hakikatnya
mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan
dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan
kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk
visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan
imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akanlebih lengkap dan mungkin
mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya munkin hasilnya
tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas
pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri
adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan
cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam
imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya
imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan
sebuah gambar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
Penelitan ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Karanganyar khusunya kelas X-8. Pemilihan tempat didasarkan pada
pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang keterampilan menulis
cerpen melalui gambar berseri.
Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan kesiapan
pihak sekolah. Sutama dan Main (2010: 83) mengungkapkan jadwal kegiatan PTK
yang rasional tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sesuaikan dengan
besar kecilnya masalah PTK.
B.
Subjek Penelitian
Sutama dan Main (2010: 51) menjelaskan subjek penelitian
adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini
sangat bergantung pada setting penelitian. Pernyataan tersebut
Subjek penelitan ini adalah siswa SMA Negeri 2
Karanganyar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-8.
C.
Data dan Sumber data
Data penelitian berupa proses keterampilam menulis dengan
media gambar berseri. Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan data penelitian itu
dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
1)
Peristiwa
Data atau informan dapat di kumpulkan dari peristiwa.
Aktivitas atau peristiwa sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran
penelitiannya (Sutopo, 2002: 51).
Peneliti akan mengamati proses pembelajaran siswa kelas
X-8 SMA Negeri 2 Karanganyar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen
dengan media gambar berseri.
2)
Dokumen
Sumber data yang berupa benda, gambar, dan rekaman bisa
juga dalam posisi sebagai dokumen dan suatu peristiwa atau kegiatan tertentu
(Sutopo, 2002: 53).
Sumber data dalampenelitian ini adalah berupa asil
tulisan siswa saat pembelajaran menulis cerpen dengan media gambar berseri.
3)
Informan
Sutopo (2002: 50) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif
posisi sumber data manusia atau narasumber sangat penting perannya sebagai
individu yang memiliki informasi.
Di dalam penelitian ini informasi yang dipilih adalah
guru dan siswa yang telibat langsung dalam pembelajaran. Data dalam penelitian
ini adalah hasil tulisan siswa yang berupa cerita pendek dengan media gambar
berseri.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas
meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1)
Observasi
Sutopo (2002: 64) menyatakan bahwa teknik observasi
dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristtiwa, tempat
atau lokasi, dan benda serta rekaman. Observasi dilakukan dengan cara mengamati
langsung atau melihat lebih dekat tentang
a)
kemampuan siswa menulis cerpen
melalui gambar berseri
b)
tingkat pemahaman siswa
mengenai gambar yang disajikan
2)
Wawancara
Sutama dan Main (2010: 25) mengemukakan bahwa wawancara
adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada
subjek yang diteliti.
Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X untuk mendapatkan informasi mengenai lingkungan kelas baik
itu dari segi peserta didik ataupun sarana dan prasarana di kelas.
3)
Dokumentasi
Sutama dan Main (2010: 26) mengemukakan bahwa dokumentasi
berupa dokumen-dokumen baik berupa primer maupun sekunder yang menunjang proses
pembelajaran di kelas.
Dokumen primer pada penelitian ini adalah hasil cerpen
atau portopolio, sedangkan dokumen sekunder meliputi silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan daftar nilai.
E.
Validasi Data
Sutama dan Main (2010: 52) mengemukakan bahwa informasi
yang dijadikan data penelitian diperiksa validitasnya, sehingga data tersebut
dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini, validitas data yang digunakan
adalah triangulasi metode dan sumber. Triangulasi dalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pegecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 1991:
178).
Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif (Patton dalam Moleong, 1991: 178).
Triangulai dengan metode,
menurut Patton dalam Moleong (1991:
178), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dna (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai
sumber yang berbeda. Data yang bersumber dari peristiwa proses peningkatan
menulis cerpen diuji keabsahannya dengan dokumen-dokumen pendukung serta berbagai
pernyataan informan.
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
komparatif dan analisis kritis. Teknik komparatif yaitu membandingkan antarsiklus
(Sutama 2010: 52), peneliti membandingkan antara siklus I dan siklus II
seberapa jauh pemahaman siswa terhadap gambar dan bagaimana peserta didik
mengungkapkannya dalam sebuah cerpen.
Sutama dan Main (2010: 52) menyatakan bahwa teknik analisis
kritis yaitu mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari
kajian teoretis. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun
perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. (Sutama
dan Main 2010: 52).
G.
Prosedur Penelitian
Sutama dan Main (2010: 53) menyatakan bahwa penelitian tindakan
kelas pada umunya dilakukan dalam beberapa siklus. Peneliti menggunakan 2
siklus seperti pada bagan di bawah ini.
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
Siklus I
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
Siklus II
|
Gambar 1.1 Siklus Penelitian
Keterangan:
Siklus
I
Pada tahap
perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari
observasi lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran, model pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru
mata pelajaran. Apa yang seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian kemampuan menulis cerpen melalui
gambar berseri hanya dengan satu tema.
Selanjutnya
setelah tahap perencanaan yaitu pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di kelas
X-8 dengan memberikan pemahaman tentang cerpen, bagaimana ciri-ciri,
unsur-unsur ataupun sistematika cerpen. Kemudian langkah selanjutnya
mengimplementasikan penjelasan-penjelasan tersebut dalam sebuah gambar berseri.
Siswa dituntut membuat cerita pendek tersebut dengan judul yang berbeda-beda
sesuai dengan pemahaman masing-masing peserta didik.
Tahap
selanjutnya yaitu pengamatan, selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti
membuat catatan-catatan apa yang terjadi selama proses itu berlangsung. Tahap
yang terakhir dari siklus I yaitu refleksi. Setelah melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengamatan, peneliti dan guru mendiskusikan hasil dari
kegiatan penelitian, kesimpulan yang dapat diambil nantinya dan hal-hal apa
saja yang dirasa cukup dan dirasa kurang. Setelah data memadai kemudian
melakukan siklus selanjutnya.
Siklus II
Pada siklus pertama
tahap perencanaan dikemukakan menulis
cerpen melalui gambar berseri hanya dengan satu tema sedangkan pada siklus
II tahap perencanaan, peneliti merencanakan menulis cerpen melalui gambar
berseri dengan 3 tema yang berbeda. Peserta didik bebas memilih sesuai dengan
pengetahuan mereka.
Tahap pelaksanaan ini
peserta didik memilih gambar berseri dan membuat cerita pendek sesuai dengan
daya kreativitas, imajinasi serta pengetahuan mereka.
Tahap pengamatan sama
seperti yang dilakukan pada siklus II guru ataupun peneliti membuat
catatan-catatn apa yang terjadi selama proses berlangsung. Tahap terakhir dari
penelitian ini adalah mendiskusikan hasil penelitian, kemudian membandingkan
tingkat pemahaman tingkat kesukaran gambar antara siklus I ke siklus II.
H. Sistematika
Laporan
Sistematika laporan ini
disajikan dengan maksud memberikan gambaran secara garis besar mengenai
masalah-masalah yang akan diuraikan dan dibahas secara menyeluruh. Sistematika
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bab I. Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian.
Bab II. Berisi
tentang tinjauan pustaka dan kajian teori. Kajian teori memaparkan mengenai
menulis berdasarkan fungsi dan tujuan, pengertian cerpen, pengertian media
berdasarkan fungsi dan tujuan serta cirinya, pengertian gambar sebagai media
pendidikan.
Bab III. Berisi tentang metode penelitian. Dijelaskan dalam bab ini setting penelitian,
subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validari
data, teknik analisis data, prosedur penelitan dan sistematika penulisan.
Bab IV. Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya terdapat profil sekolah, deskrispsi
data yang meliputi proses dan hasil siklus I dan II serta refleksi.
Bab V. Berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2003. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia .
Jakarta : Balai
Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra(Sastra Berbasis Kompetensi).
Yogyakarta: Kota Kembang
Jamaludin. 2003. Problematika
Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa
Moleong, Lexy. 1991. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nurhayati.
2000. Pembelajaran Menulis. Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Negeri Yogyakarta.
Rahmawati, Endang. 2009. “Pembelajaran Keterampilan Menulis
Narasi dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas III SDIT Nur Hidayah
Surakarta”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta .
Rahmawati. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen
dengan Menggunakan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas X SMA Al- Islam 3
Surakarta:. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sadiman, Arief, dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatannya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka
Stanton, Robert. 2007. Teori
Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Superhar. 2006. “Pembelajaran Sastra Butuh Mbak Erot”:http://www.SuprHar.Sastra.com. Diakses
tanggal 23 Oktober 2011.
Sutama, Main Sufanti. 2010. PTK dan Karya Ilmiah. Badan Penerbit FKIP-UMS: Universitas
Muhammadiyah Surakarta .
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan
Sekolah Penunjang Pembelajaran
Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo
Widyamartaya, A. 2002. Seni
Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius
Langganan:
Postingan (Atom)